Islam sebagai rahmat bagi seluruh
manusia, telah meletakkan persoalan pemimpin dan kepemimpinan sebagai
salah satu persoalan pokok dalam ajarannya.
Beberapa pedoman atau panduan telah
digariskan untuk melahirkan kepemimpinan yang diridai Allah SWT, yang
membawa kemaslahatan, menyelamatkan manusia di dunia dan akhirat kelak.
Sejarah Islam telah membuktikan
pentingnya masalah kepemimpinan ini setelah wafatnya Baginda Rasul. Para
sahabat telah memberi penekanan dan keutamaan dalam melantik pengganti
beliau dalam memimpin umat Islam. Umat Islam tidak seharusnya dibiarkan
tanpa pemimpin. Sayyidina Umar R.A pernah berkata, “Tiada Islam tanpa
jamaah, tiada jamaah tanpa kepemimpinan dan tiada kepemimpinan tanpa
taat”.
Pentingnya pemimpin dan kepemimpinan
ini perlu dipahami dan dihayati oleh setiap umat Islam di negeri yang
mayoritas warganya beragama Islam ini, meskipun Indonesia bukanlah
negara Islam.
Allah SWT telah memberi tahu kepada
manusia, tentang pentingnya kepemimpinan dalam islam, sebagaimana dalam
Al-Quran kita menemukan banyak ayat yang berkaitan dengan masalah
kepemimpinan.
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman
kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang
khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan
padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan
memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku
mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”. (Al Baqarah: 30)
Ayat ini mengisyaratkan bahwa khalifah
(pemimpin) adalah pemegang mandat Allah SWT untuk mengemban amanah dan
kepemimpinana langit di muka bumi. Ingat komunitas malaikat pernah
memprotes terhadap kekhalifahan manusia dimuka bumi.
”Hai orang-orang yang beriman,
ta`atilah Allah SWT dan ta`atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara
kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikanlah ia kepada Allah SWT (Al Qur’an) dan Rasul (sunnahnya),
jika kamu benar-benar beriman kepada Allah SWT dan hari kemudian. Yang
demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS
An-Nisa: 59)
Ayat ini menunjukan ketaatan kepada ulil amri (pemimpin) harus dalam rangka ketaatan kepada Allah SWT dan rasulnya.
Tugas Pemimpin
Pada prinsipnya menurut Islam setiap
orang adalah pemimpin. Ini sejalan dengan fungsi dan peran manusia di
muka bumi sebagai khalifahtullah, yang diberi tugas untuk senantiasa
mengabdi dan beribadah kepada-Nya
"Kami telah menjadikan mereka itu
sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan
telah Kami wahyukan kepada mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan
sembahyang, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kamilah mereka selalu
menyembah". (Al-Anbiya’: 73)
"Dan Kami jadikan di antara mereka itu
pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika
mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami". (As-Sajdah:
24)
“Wahai orang-orang yang beriman,
jadilah kamu orang yang benar-benar menegakkan keadilan, menjadi saksi
karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau bapak ibu dan kaum
kerabatmu. Jika ia kaya atau miskin, Allah lebih mengetahui kemaslahatan
keduanya”. (Qs. An-Nisa; 4: 135)
“Hai orang-orang yang beriman!
Tegakkanlah keadilan sebagai saksi karena Allah. Dan janganlah rasa
benci mendorong kamu berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena itu
lebih dekat dengan taqwa…” (Q.s. Al-Maidah 5: 8)
"Sesungguhnya Allah menyuruh kamu
menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu)
apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan
adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya
kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat".
(An-Nisa’ : 58)
” Hai Daud, sesungguhnya Kami
menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan
(perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti
hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah SWT.
Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah SWT akan mendapat
azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.” (Qs Shad:
26)
Dalam sebuah kesempatan, ketika
seorang perempuan dari suku Makhzun dipotong tangannya lantaran mencuri,
kemudian keluarga perempuan itu meminta Usama bin Zaid supaya memohon
kepada Rasulullah untuk membebaskannya, Rasulullah pun marah. Beliau
bahkan mengingatkan bahwa, kehancuran masyarakat sebelum kita disebabkan
oleh ketidakadilan dalam supremasi hukum seperti itu.
Dari Aisyah ra. bahwasanya Rasulullah
saw. bersabda: adakah patut engkau memintakan kebebasan dari satu
hukuman dari beberapa hukuman (yang diwajibkan) oleh Allah? Kemudian ia
berdiri lalu berkhutbah, dan berkata: ‘Hai para manusia! Sesungguhnya
orang-orang sebelum kamu itu rusak/binasa dikarenakan apabila
orang-orang yang mulia diantara mereka mencuri, mereka bebaskan. Tetapi,
apabila orang yang lemah mencuri, mereka berikan kepadanya hukum’. (HR.
Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasa’i, Abu Daud, Ahmad, Dariini, dan Ibnu
Majah)
Memilih Pemimpin
Pemimpin negara adalah faktor penting
dalam kehidupan bernegara. Jika pemimpin negara itu jujur, baik, cerdas
dan amanah, niscaya rakyatnya akan makmur. Sebaliknya jika pemimpinnya
tidak jujur, korup, serta menzalimi rakyatnya, niscaya rakyatnya akan
sengsara.
Oleh karena itulah Islam memberikan
pedoman dalam memilih pemimpin yang baik. Dalam Al Qur’an, Allah SWT
memerintahkan ummat Islam untuk memilih pemimpin yang baik dan beriman:
“Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia
yang kamu sampaikan kepada mereka (berita-berita Muhammad), karena rasa
kasih sayang; padahal sesungguhnya mereka telah ingkar kepada kebenaran
yang datang kepadamu, mereka mengusir Rasul dan (mengusir) kamu karena
kamu beriman kepada Allah, Tuhanmu. Jika kamu benar-benar keluar untuk
berjihad di jalan-Ku dan mencari keridhaan-Ku (janganlah kamu berbuat
demikian). Kamu memberitahukan secara rahasia (berita-berita Muhammad)
kepada mereka, karena rasa kasih sayang. Aku lebih mengetahui apa yang
kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan. Dan barangsiapa di antara
kamu yang melakukannya, maka sesungguhnya dia telah TERSESAT dari jalan
yang lurus.”(QS. 60. Al-Mumtahanah : 1)
“Hai orang2 yang beriman! Janganlah
kamu jadikan bapak-bapak dan saudara-saudaramu menjadi
pemimpin-pemimpinmu, jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas
keimanan. Dan siapa di antara kamu menjadikan mereka menjadi pemimpin,
maka mereka itulah orang2 yang zalim” (At Taubah:23)
“Hai orang2 yang beriman! Janganlah kamu mengambil orang2 kafir menjadi wali (teman atau pelindung)” (An Nisaa:144)
“Janganlah orang2 mukmin mengambil
orang2 kafir jadi pemimpin, bukan orang mukmin. Barang siapa berbuat
demikian, bukanlah dia dari (agama) Allah sedikitpun…” (Ali Imran:28)
"Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu mengambil jadi pemimpinmu, orang-orang yang membuat
agamamu jadi buah ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang
yang telah diberi Kitab sebelummu, dan orang-orang yang kafir
(orang-orang musyrik). Dan bertakwalah kepada Allah jika kamu
betul-betul orang-orang yang beriman". (Al-Maidah: 57)
“Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi
pemimpin-pemimmpin(mu): sebahagian mereka adalah pemimpin bagi
sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka sebagai
pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka.
Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada oarng-orang yang zalim ”
(QS. Al-Maidah: 51)
Akibat
"Dan mereka berkata: “Ya Tuhan kami,
sesungguhnya kami telah menta’ati pemimpin-pemimpin dan
pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang
benar)". (al-Ahzab: 67)
“Hai orang-orang yang beriman, jika
kamu MENTAATI orang-orang yang KAFIR itu, niscaya mereka mengembalikan
kamu ke belakang (kepada kekafiran), lalu jadilah kamu orang-orang yang
rugi. Tetapi (ikutilah Allah), Allah lah Pelindungmu, dan Dialah
sebaik-baik Penolong.”(QS.Ali ‘Imraan :149-150)
“Kabarkanlah kepada orang-orang
MUNAFIQ bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih. (yaitu)
orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman
penolong dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari
kekuatan di sisi orang kafir itu ? Maka sesungguhnya semua kekuatan
kepunyaan Allah.”(QS. An-Nisaa’ : 138-139)
“Kamu melihat kebanyakan dari mereka
tolong-menolong dengan orang-orang yang kafir (musyrik). Sesungguhnya
amat buruklah apa yang mereka sediakan untuk diri mereka, yaitu
kemurkaan Allah kepada mereka; dan mereka akan kekal dalam siksaan.
Sekiranya mereka beriman kepada Allah, kepada Nabi dan kepada apa yang
diturunkan kepadanya (Nabi), niscaya mereka tidak akan mengambil
orang-orang musyrikin itu menjadi penolong-penolong, tapi kebanyakan
dari mereka adalah orang-orang yang FASIQ.”(QS.Al-Maa-idah : 80-81)
sumber : http://sip-online.blogspot.co.id/2013/11/kepemimpinan-dalam-islam-menurut-al.html
0 comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar, dan dibagikan !!!