Anggapan dan Fakta Orang Minang

INDONESIA memiliki beragam suku bangsa. Salah satunya adalah suku Minangkabau. Suku ini berkembang di pulau Sumatera dan sekitarnya, bahkan sampai ke negara tetangga seperti Malaysia. Seiring dengan berjalannya waktu, perkembangan suku Minangkabau di Indonesia semakin meningkat. Hampir di setiap sudut Indonesia kita bisa menemukan orang yang memiliki suku Minangkabau.
Orang Padang atau orang Minang sudah terkenal di berbagai penjuru Tanah Air ini, bekerja dan berkarya di daerah mana saja, dari Sabang sampai Merauke mulai dari kota kecil hingga kota besar.
Ada beberapa mitos atau prasangka baik positif maupun negatif terhadap orang Padang atau orang Minang. Berikut anggapan dan fakta tersebut.
Orang Padang itu Pelit
hemat uangPenilaian negatif ini sudah lama berkembang dan tertancap di benak masyarakat Indonesia. Anggapan negatif ini tidak sepenuhnya betul. Mungkin saja ada yang kebetulan saja sedang apes bertemu dengan orang yang pelit dan kebetulan juga berasal dari Padang.
Fakta:
Orang Padang (Minang) adalah orang yang selektif termasuk dalam menggunakan uang. Karena sebagian besar mereka adalah pedagang, maka tentu mereka akan menghitung terlebih dahulu skala prioritas dalam penggunaan uang.
Banyak dari perantau Minang ikut membantu dalam pembangunan di kampung halaman, salah satunya pembangunan masjid. Bila hari raya tiba, biasanya para perantau ini berlomba-lomba menyumbang untuk pembangunan masjid di kampung halamannya, bahkan jumlahnya bisa menyentuh angka ratusan juta rupiah.
Mereka juga mempunyai kepekaan sosial yang sangat tinggi. Bagi yang sudah sukses, biasanya tidak ragu-ragu memberi modal udaha kepada keluarga yang masih kekurangan atau sedang menganggur.
Umumnya Mereka Cerewet
istri-cerewet-resize.ashx_Orang Padang juga identik dengan kata cerewet atau judes. Mungkin sebgian dari kita pernah menemukan berkenalan orang Padang dengan karakter seperti itu. Misalnya, banyak berkomentar dan merinci banyak hal untuk sebuah materi percakapan.
Fakta:
Sebagian besar watak orang Sumatera adalah keras dan tegas, tidak suka bertele-tele. Itulah prinsip yang dipegang kebanyakan orang Padang. Kalau ngomong apa adanya. Bagus bilang bagus, sakit ya bilang sakit, tidak suka ya bilang tidak suka.
Kerasnya kehidupan dan dilalui membentuk pribadi yang tegas dan berbicara to the point. Ciri ini kemudian dinilai dengan salah kaprah dalam menangkap ketegasan sebagai suatu sikap yang kasar dan cerewet.
Laki-Laki Padang “Dibeli”
091285500_1422451647-uangBanyak yang bertanya kebenaran isu bahwa pria Padang akan “dibeli” oleh calon mempelai perempuan. Banyak orang Minang kerap mendapatkan pertanyaan seputar hal ini, tiap kali mereka baru menginjakkan kaki di tanah perantuan. Konon, lelaki Padang kalau mau menikah harus dibeli dan harganya cukup mahal bisa sampai ratusan juta. Tentu ini memberatkan bagi mempelai wanita.
Fakta:
Tidak semua laki-laki Minang itu “dibeli”. Hanya di Pariaman saja laki-laki yang dibeli dan adat itu masih berlaku sampai saat ini. Sebenarnya tidak ada transaksi manusia di sini. Yang ada adalah proses adat istiadat yang berlaku pada masyarakat Pariaman.
Pihak calon mempelai wanita wajib memberikan sejumlah uang yang jumlahnya sudah dimusyawarahkan dengan keluarga calon mempelai pihhak pria. Uang pemberian ini biasanya disebut uang jemputan. Adapun tujuannya adalah sebagian bekal untuk mempela pria dalam membangun rumah tangga dan sebagiannya lagi untuk biaya resepsi pernikahan atau disebut juga dengan baralek.
Di Pariaman, biasanya besar uang jemputan dilihat dari profesi dan penghasilan. Laki-laki dengan profesi populer seperti polisi, tentara, dokter mendapatkan uang jemputan yang besar dengan kisaran Rp 50 juta sampai dengan Rp 150 juta.
Menikah karena Dijodohkan
damsyik1Perjodohan sepertinya menjadi sesuatu yang wajib lagi bagi orang Minang. Alasannya, orangtua ingin anaknya memiliki pasangan hidup yang baik dari segi finansial, pendidikan, agama dan prilaku.
Karena itu, para orangtua tak mau menyerahkan anak gadisnya pada pria tak jelas bibit, bebet dan bobotnya (ala adat Jawa). Mereka diindikasikan hanya mengizinkan (atau mempermudah) menjodohkan anak gadisnya dengan sesama orang dari suku Minang.
Fakta:
Tidak semua orang Padang melarang anaknya menikah dengan orang yang bersuku lain. Banyak juga orang Padang yang menikah dengan orang Jawa, orang Sunda, Batak bahkan mancanegara seperti Eropa, Amerika dan lain-lainnya.
Kalaupun ada yang patah hati karena hubungan dengan orang Padang yang kandas karena alasan perbedaan suku, itu hanya kebetulan saja. Sifat alami orangtua yang tidak ingin kehilangan anaknya atau tidak ingin jauh dari anaknya, menjadi alasan utama kenapa mereka melarang hubungan beda suku.
Pertentangan menikah karena beda suku, bukan hanya didominasi suku Padang saja. Di beberapa tempat hal itu juga terjadi, namun perlahan mulai terkikis kemajuan zaman.  (BA)
Share on Google Plus

About Mr.K

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

1 comments:

Silahkan berkomentar, dan dibagikan !!!